Kenapa Hari Jum’at Dikatakan Rajanya Hari?


SATU hal yang pasti dan kita sepakati adalah bahwa hari Jum’at disebut pula sebagai sayyidul ayyaam (rajanya hari). Hal itu dikarenakan banyaknya keterangan yang bersumber pada dalil qath’i berupa beberapa hadits shahih yang mutawatir dan masyhur yang menyatakan tentang keutamaannya. Salah satu diantaranya adalah berdasarkan hadits ini “Orang yang lahir/ meninggal pada hari itu, maka dia dapat dikatakan lahir/ meninggal pada hari yang penuh berkah (Jum’at)”.

Namun demikian, bukan berarti lantas ‘amalan dan kedudukannya otomatis menjadi lebih banyak di akibatkan adanya hari Jum’at tersebut. Yang lahir pada hari itu, tetap saja harus diperjuangkan ikhtiarnya dengan sungguh-sungguh oleh orang-orang disekitarnya, terutama orangtuanya, agar si anak dapat dikondisikan dengan berbagai fasilitas kebaikan untuk memupuk benih-benih keshalihan yang akan diharapkan kelak. Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah telah bersabda:

“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?”Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Malik dalam Al-Muwaththa` (no. 507); Al-Imam Ahmad t dalam Musnad-nya (no. 8739); Al-Imam Al-Bukhari t dalam Kitabul Jana`iz (no. 1358, 1359, 1385), Kitabut Tafsir (no. 4775), Kitabul Qadar (no. 6599) ; Al-Imam Muslim t dalam Kitabul Qadar (no. 2658).

Begitupun dengan orang yang meninggal pada hari Jum’at, tidak lantas kemudian dia memiliki kemuliaan. Karena, orang yang meninggal hanya akan diselamatkan oleh amal shalihnya bukan hari meninggalnya.

Hal ini berdasarkan hadits, Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu), sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Adapun hubungan antara hari Kiamat dengan hari Jum’at memang terdapat dalam beberapa keterangan yang diantaranya, “Dari Aus bin ‘Aus, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling utama adalah hari Jum’at. Di hari itu, Adam diciptakan; di hari itu, Adam meninggal; di hari itu, tiupan sangkakala pertama dilaksanakan; di hari itu pula, tiupan kedua dilakukan.” (HR. Abu Daud no. 1047, An Nasai no. 1374, Ibnu Majah no. 1085 dan Ahmad 4: 8. Hadits ini shahih kata Syaikh Al Albani).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik hari dimana matahari terbit adalah hari Jum’at. Pada hari Jum’at Adam diciptakan, pada hari itu dia dimasukkan ke dalam surga dan pada hari Jum’at itu juga dia dikeluarkan dari Surga. Hari Kiamat tidaklah terjadi kecuali pada hari Jum’at.” (HR. Muslim no. 854).

Merujuk pada keterangan dua hadits tersebut, maka jelaslah bahwasanya hari kiamat kelak, akan terjadi pada sayyidul ayyaam (rajanya hari), yaitu hari Jum’at. Namun waktunya kapan, hanya Allah SWT Sajalah yang mengetahuinya.

“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (QS. Al Ahzab: 63)