Melawan Demam Berdarah, Bagaimana Caranya?



Melawan demam berdarah merupakan suatu langkah tepat guna memperkecil kemungkinan kita terserang penyakit ini, namun cara apa yang efektif digunakan untuk melawan demam berdarah?

Demam berdarah memang tidak pandang bulu dalam memilih targetnya. Kali ini, seorang calon dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang menjadi korbannya. Lebih tragisnya lagi, dokter tersebut wafat setelah sebelumnya janin yang berada di dalam kandungannya meninggal pada usia 37 minggu.

Mengapa problematika Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia, khususnya Jakarta, tidak pernah tuntas? Mari kita telusuri dahulu asal-usul penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini.

Di Indonesia, penyakit ini mulai dikenal sejak tahun 1968 di kota Jakarta dan Surabaya hingga akhirnya menyebar ke-33 propinsi di Indonesia. Terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2010, WHO (World Health Organization) menetapkan Indonesia sebagai negara dengan angka demam berdarah paling tinggi se-Asia Tenggara (ASEAN). Jumlah kasus DBD pada tahun 2010 adalah sebesar 150.000 kasus, dengan angka kematian sebesar 1.317 jiwa.

Demam berdarah memang merupakan sesuatu yang sulit untuk diberantas, walaupun sudah hampir setengah abad Indonesia berperang melawan penyakit ini. Hal ini diperumit dengan peningkatan kepadatan dan mobilitas penduduk yang notabene semakin mempermudah penularan penyakit ini.

Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegyptiyang bersarang dan bertelur di air tergenang yang jernih. Datangnya musim hujan yang menimbulkan genangan air di mana-mana turut menyuburkan populasi nyamuk ini.

Bagaimana cara agar kita dapat terhindar dari DBD?

Pertama, kenali dahulu ciri-ciri nyamuk yang menjadi vektor penyakit tropis ini. Aedes aegypti adalah nyamuk yang bertubuh kecil, dan berwarna hitam dengan bintik-bintik putih di tubuhnya. Nyamuk aedes aegepty ini menghisap darah di siang hari, umumnya berada di dalam rumah, dan senang bersembunyi di balik pakaian yang digantung.

Kedua, kita dapat melakukan tindakan 4M Plus yang terdiri dari:
Menguras wadah air seperti tempayan, bak mandi, ember, vas bunga, tempat minum hewan, dan lain-lain.
Menutup semua wadah air agar nyamuk tidak dapat masuk dan bertelur di dalamnya.
Mengubur semua barang bekas yang dapat menampung air, seperti ban bekas, kaleng, dan botol agar tidak menjadi sarang Aedes aegypti.
Memantau semua wadah air yang dapat menjadi sarang nyamuk secara berkala.
Plus menghindari menghindari kemungkinan tergigit nyamuk, dan menggantung baju. Jika memungkinkan, peliharalah ikan agar dapat membantu membasmi jentik-jentik nyamuk yang ada di dalam kolam, serta taburkan abate (suatu insektisida yang efektif membunuh larva nyamuk atau insekta air lainnya) di wadah penampungan air seperti bak mandi.

Apa yang harus dilakukan bila terkena demam berdarah?

Pertama, kenali gejalanya. Gejala yang timbul apabila seseorang terkena demam berdarah biasanya diawali dengan demam yang mendadak tinggi, sakit kepala, nyeri di belakang mata, badan menggigil dan pegal-pegal, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, dan nyeri perut. Pada beberapa kasus dapat timbul ruam kemerahan pada kulit.

Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, apalagi ada keluarga atau tetangga sekitar Anda yang telah menderita DBD, segeralah periksakan diri Anda ke dokter untuk memastikan kondisi tersebut. Jika diperlukan, dokter dapat melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis demam berdarah pada diri Anda.

Pengobatan apa yang diberikan untuk demam berdarah?

Sejauh ini, pengobatan yang diberikan barulah pengobatan suportif, atau pengobatan menggunakan obat-obatan yang berfungsi untuk menurunkan gejala yang dialami pasien. Seperti misalnya memberikan obat penurun demam, pereda sakit kepala, obat mual, dan lain-lain. Terapi cairan yang adekuat sangatlah penting bagi penderita demam berdarah, karena pada umumnya akan terjadi kebocoran yang menyebabkan kekurangan cairan di dalam pembuluh darah. Bahkan, demam berdarah yang berat dapat menyebabkan shock, penurunan kesadaran, sampai dengan kematian.

Apakah penyakit ini sudah ada vaksinnya?

Sebenarnya, misi untuk menemukan vaksin ini sudah dimulai sejak tahun 1940-an. Namun, karena masih kurangnya perhatian terhadap DBD pada saat itu, akhirnya penelitian tersebut berhenti di tengah jalan. Barulah mulai abad 20, penelitian untuk menemukan vaksin DBD bermunculan kembali.

Dua penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 dan 2015 berhasil menciptakan vaksin DBD yang memiliki efektivitas sebesar 60%, dan terbukti dapat mencegah progresivitas penyakit yang menjadi berat pada 80% sampai dengan 90% kasus DBD.

Penelitian terakhir pada tahun 2015 yang dilakukan di lima negara di Amerika Latin ini memberikan hasil yang menjanjikan. Dengan tiga dosis vaksinasi, vaksin tersebut terbukti memiliki efektivitas sebesar 60%. Vaksin untuk demam berdarah tersebut juga dapat mencegah progresivitas penyakit menjadi lebih berat pada 95% kasus DBD.

Hingga akhirnya, pada bulan Desember 2015, vaksin pertama untuk demam dengue berhasil diproduksi oleh Sanofi Pasteur. Vaksin ini merupakan vaksin hidup rekombinan tetravalen yang diberikan dalam tiga dosis dengan jarak enam bulan. Target vaksin ini adalah individu usia 9-45 tahun yang tinggal di daerah endemis DBD.

Namun hingga kini, vaksin tersebut belum secara resmi diluncurkan. Vaksin tersebut masih melalui proses penelitian fase akhir. Badan kesehatan dunia, WHO (Wolrd Health Organization), juga masih mengevaluasi vaksin ini lebih lanjut.

Kita doakan saja semoga vaksin ini segera dapat digunakan dan tidak ada lagi korban yang jatuh karena DBD.