Buang air besar (defekasi) adalah proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Buang air besar merupakan kebutuhan yang wajib dilaksanakan, boleh dibilang hak paling asasi dan merupakan kenikmatan alamiah dari Pencipta. Dalam masyarakat sekarang ini posisi buang air besar yang umum adalah dengan jongkok dan duduk. Kita coba uraikan posisi mana yang lebih ideal digunakan.
1. Faktor kenyamanan
Secara medis selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen dan diafragma pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa menuju jantung meninggi. Buang air besar dengan posisi jongkok dapat mencegah terjadinya kanker usus besar. Saat posisi duduk, usus bagian bawah akan tertekuk sehingga proses pembuangan tidak dapat berlangsung efektif tanpa bantuan mengejan. Padahal, mengejan sambil menahan napas akan meningkatkan tekanan dalam usus bagian bawah serta menyebabkan regangan dan pembengkakan pembuluh darah balik membentuk wasir, terutama jika kebiasaan ini dilakukan secara kontinyu dalam jangka lama.
Posisi jongkok pada saat buang air besar, otot-otot penyumbat anus (musculus sphinterani) dan penyangganya akan lebih mudah berelaksasi dan membuka, sehingga tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih. Bahkan dengan posisi berjongkok, kentut-pun mudah sekali keluarnya.
Pada posisi jongkok beban tubuh akan bertumpu pada telapak kaki sementara organ di perut dan otot-otot pantat menjadi rileks. Posisi jongkok mampu memberikan efek positif bagi otot tubuh, diantaranya :
1. Melatih otot untuk menahan berat badan.
2. Melatih kekuatan kaki dan otot kaki.
3. Melatih otot dasar panggul dan membuat pantat lebih sexy.
4. Posisi jongkok membantu kotoran lebih mudah keluar karena otot-otot dinding perut kontraksinya lebih bagus.
Posisi duduk dianggap lebih nyaman karena bisa diselinggi denagn hal lain, membaca misalnya. Buang air dengan duduk baik digunakan pada orang yang telah mengalami penurunan fleksibilitas dan kekuatan otot, kelebihan berat badan serta orang yang keseimbangannya buruk.
Untuk ibu hamil dan orang lanjut usia kloset jongkok mungkin sangat menyiksa karena otot mereka harus bekerja ekstra untuk dapat menahan beban. Padahal bagi ibu hamil, buang air besar di toilet jongkok lebih banyak memberikan manfaat dibandingkan melakukannya di toilet duduk. Sejumlah pakar kehamilan mengatakan buang air dengan posisi jongkok akan melatih otot-otot yang nantinya digunakan dalam proses kelahiran.
Dengan posisi duduk, berat badan akan bertumpu pada pantat sehingga proses keluarnya tinja tidak berjalan sempurna karena harus mengejan. Otot pada paha bagian bawah dan betis menjadi tidak rileks pada posisi duduk.
Saat membersihkan pantat setelah buang air besar terasa lebih mudah dan nyaman posisi jongkok ketimbang duduk, karena tersedianya ruang yang cukup bagi tangan diantara selangkangan kaki.
2. Ditinjau dari segi kesehatan
Latar belakang Posisi alamiah saat buang air besar adalah posisi jongkok dan metode ini digunakan di kebanyakan negara. Salah satu perubahan yang terjadi akibat perkembangan industri adalah perubahan posisi saat buang air besar dengan penggunaan kloset duduk. Posisi duduk dilaporkan menjadi sumber beberapa masalah kesehatan seperti konstipasi, apendisitis, hemorrhoid, dan divertikulitis hingga cancer kolon.
Kelebihan kloset dengan posisi duduk mencegah kontak langsung dengan bau dan kutu saat tersambung ke limbah saniter yang tepat. Namun Alas dudukan pantat yang tidak terjaga kebersihannya (apalagi WC umum) menimbulkan resiko tinggi penularan penyakit. Secara fisik bisa saja kloset duduk terlihat bersih dan mengkilap, tapi ternyata belum tentu bebas kuman. Pada sebuah penelitian, setidaknya ada 21 jenis bakteri dan 2 jamur bersarang di sana. Sehingga pada saat kita duduk, jutaan bakteri dan jamur dapat menempel pada kulit kita yang lembab. Hal ini dapat memicu berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur tersebut. Bahkan dalam sebuah penelitian, kloset duduk dinyatakan sebagai salah satu penyumbang penularan virus human papilloma, yaitu virus penyebab kanker serviks. Tentu jika hal ini tidak segera disikapi atau disiasati, kanker serviks yang sifatnya silent disease akan mudah menyebar.
Kerugian dari kloset duduk adalah memicu beberapa masalah medis dan tempat penyebaran bakteri atau virus yang dapat menginfeksi manusia. Seperti wasir, panggul prolapse (turun panggul) pada perempuan, radang usus buntu, inkontinensia, masalah prostat dan disfungsi seksual, dermatitis atau iritasi kulit.
Menutrut sejumlah penelitian, posisi duduk juga menjadi penyebab Hemorrhoid. Hemorrhoid atau wasir adalah pembengkakan dan peradangan pada pembuluh darah balik (vena) pada daerah rektum atau anus. Kondisi ini tergolong jarang ditemukan di sebagian besar wilayah Asia, Timur Tengah dan Afrika. Namun sebaliknya, kondisi ini justru sering ditemukan di negara-negara Barat. Di Amerika misalnya, sekitar setengah dari populasi akan mengalami hemorrhoid sebelum mencapai usia 50 tahun. Setelah ditelaah lebih lanjut, ternyata perbedaan insiden hemorrhoid tersebut terjadi bukan tanpa alasan, yaitu terkait dengan penggunaan toilet duduk. Pada toilet ini, pengguna akan dipaksa mengejan untuk mendorong gerakan usus. Kebiasaan mengejan dapat meningkatkan tekanan dalam perut dan merupakan salah satu faktor yang mendasari terbentuknya hemorrhoid.
Hal ini secara tidak langsung telah menjelaskan mengapa insiden hemorrhoid hampir tidak pernah ditemukan pada populasi Asia, Afrika, dan Timur Tengah, di mana kebanyakan dari para penduduknya masih menggunakan toilet jongkok untuk memenuhi panggilan alam mereka. Studi yang dilakukan oleh Dr. B. A. Sikirov pada tahun 1987 telah membuktikan kebenaran hipotesa ini. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hemorrhoid adalah sebuah hasil dari proses iritasi yang berkesinambungan akibat kebiasaan mengejan berlebihan dalam posisi duduk. Atau dengan kata lain, kebiasaan duduk yang terlalu lama dalam toilet merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan hemorrhoid yang tidak boleh dianggap remeh.
Saat posisi duduk, usus bagian bawah akan tertekuk sehingga proses pembuangan tidak dapat berlangsung efektif tanpa bantuan mengejan. Padahal, mengejan dan dorongan ke bawah sambil menahan napas akan meningkatkan tekanan dalam usus bagian bawah serta menyebabkan regangan dan pembengkakan pembuluh darah balik membentuk hemorrhoid, terutama jika kebiasaan ini dilakukan secara kontinu dalam jangka lama.
Bagi masyarakat modern, toilet jongkok sudah banyak ditinggalkan karena dianggap ketinggalan zaman. Namun jika banyak efek buruk yang ditimbulkannya, bukankah hal yang dianggap primitif akan lebih bermanfaat. Posisi jongkok merupakan insting alami, Tuhan yang mendesain struktur tubuh manusia pasti sudah menyiapkan porsi yang ideal bagi kita makhluk-Nya.
1. Faktor kenyamanan
Secara medis selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen dan diafragma pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa menuju jantung meninggi. Buang air besar dengan posisi jongkok dapat mencegah terjadinya kanker usus besar. Saat posisi duduk, usus bagian bawah akan tertekuk sehingga proses pembuangan tidak dapat berlangsung efektif tanpa bantuan mengejan. Padahal, mengejan sambil menahan napas akan meningkatkan tekanan dalam usus bagian bawah serta menyebabkan regangan dan pembengkakan pembuluh darah balik membentuk wasir, terutama jika kebiasaan ini dilakukan secara kontinyu dalam jangka lama.
Posisi jongkok pada saat buang air besar, otot-otot penyumbat anus (musculus sphinterani) dan penyangganya akan lebih mudah berelaksasi dan membuka, sehingga tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih. Bahkan dengan posisi berjongkok, kentut-pun mudah sekali keluarnya.
Pada posisi jongkok beban tubuh akan bertumpu pada telapak kaki sementara organ di perut dan otot-otot pantat menjadi rileks. Posisi jongkok mampu memberikan efek positif bagi otot tubuh, diantaranya :
1. Melatih otot untuk menahan berat badan.
2. Melatih kekuatan kaki dan otot kaki.
3. Melatih otot dasar panggul dan membuat pantat lebih sexy.
4. Posisi jongkok membantu kotoran lebih mudah keluar karena otot-otot dinding perut kontraksinya lebih bagus.
Posisi duduk dianggap lebih nyaman karena bisa diselinggi denagn hal lain, membaca misalnya. Buang air dengan duduk baik digunakan pada orang yang telah mengalami penurunan fleksibilitas dan kekuatan otot, kelebihan berat badan serta orang yang keseimbangannya buruk.
Untuk ibu hamil dan orang lanjut usia kloset jongkok mungkin sangat menyiksa karena otot mereka harus bekerja ekstra untuk dapat menahan beban. Padahal bagi ibu hamil, buang air besar di toilet jongkok lebih banyak memberikan manfaat dibandingkan melakukannya di toilet duduk. Sejumlah pakar kehamilan mengatakan buang air dengan posisi jongkok akan melatih otot-otot yang nantinya digunakan dalam proses kelahiran.
Dengan posisi duduk, berat badan akan bertumpu pada pantat sehingga proses keluarnya tinja tidak berjalan sempurna karena harus mengejan. Otot pada paha bagian bawah dan betis menjadi tidak rileks pada posisi duduk.
Saat membersihkan pantat setelah buang air besar terasa lebih mudah dan nyaman posisi jongkok ketimbang duduk, karena tersedianya ruang yang cukup bagi tangan diantara selangkangan kaki.
2. Ditinjau dari segi kesehatan
Latar belakang Posisi alamiah saat buang air besar adalah posisi jongkok dan metode ini digunakan di kebanyakan negara. Salah satu perubahan yang terjadi akibat perkembangan industri adalah perubahan posisi saat buang air besar dengan penggunaan kloset duduk. Posisi duduk dilaporkan menjadi sumber beberapa masalah kesehatan seperti konstipasi, apendisitis, hemorrhoid, dan divertikulitis hingga cancer kolon.
Kelebihan kloset dengan posisi duduk mencegah kontak langsung dengan bau dan kutu saat tersambung ke limbah saniter yang tepat. Namun Alas dudukan pantat yang tidak terjaga kebersihannya (apalagi WC umum) menimbulkan resiko tinggi penularan penyakit. Secara fisik bisa saja kloset duduk terlihat bersih dan mengkilap, tapi ternyata belum tentu bebas kuman. Pada sebuah penelitian, setidaknya ada 21 jenis bakteri dan 2 jamur bersarang di sana. Sehingga pada saat kita duduk, jutaan bakteri dan jamur dapat menempel pada kulit kita yang lembab. Hal ini dapat memicu berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur tersebut. Bahkan dalam sebuah penelitian, kloset duduk dinyatakan sebagai salah satu penyumbang penularan virus human papilloma, yaitu virus penyebab kanker serviks. Tentu jika hal ini tidak segera disikapi atau disiasati, kanker serviks yang sifatnya silent disease akan mudah menyebar.
Kerugian dari kloset duduk adalah memicu beberapa masalah medis dan tempat penyebaran bakteri atau virus yang dapat menginfeksi manusia. Seperti wasir, panggul prolapse (turun panggul) pada perempuan, radang usus buntu, inkontinensia, masalah prostat dan disfungsi seksual, dermatitis atau iritasi kulit.
Menutrut sejumlah penelitian, posisi duduk juga menjadi penyebab Hemorrhoid. Hemorrhoid atau wasir adalah pembengkakan dan peradangan pada pembuluh darah balik (vena) pada daerah rektum atau anus. Kondisi ini tergolong jarang ditemukan di sebagian besar wilayah Asia, Timur Tengah dan Afrika. Namun sebaliknya, kondisi ini justru sering ditemukan di negara-negara Barat. Di Amerika misalnya, sekitar setengah dari populasi akan mengalami hemorrhoid sebelum mencapai usia 50 tahun. Setelah ditelaah lebih lanjut, ternyata perbedaan insiden hemorrhoid tersebut terjadi bukan tanpa alasan, yaitu terkait dengan penggunaan toilet duduk. Pada toilet ini, pengguna akan dipaksa mengejan untuk mendorong gerakan usus. Kebiasaan mengejan dapat meningkatkan tekanan dalam perut dan merupakan salah satu faktor yang mendasari terbentuknya hemorrhoid.
Hal ini secara tidak langsung telah menjelaskan mengapa insiden hemorrhoid hampir tidak pernah ditemukan pada populasi Asia, Afrika, dan Timur Tengah, di mana kebanyakan dari para penduduknya masih menggunakan toilet jongkok untuk memenuhi panggilan alam mereka. Studi yang dilakukan oleh Dr. B. A. Sikirov pada tahun 1987 telah membuktikan kebenaran hipotesa ini. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hemorrhoid adalah sebuah hasil dari proses iritasi yang berkesinambungan akibat kebiasaan mengejan berlebihan dalam posisi duduk. Atau dengan kata lain, kebiasaan duduk yang terlalu lama dalam toilet merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan hemorrhoid yang tidak boleh dianggap remeh.
Saat posisi duduk, usus bagian bawah akan tertekuk sehingga proses pembuangan tidak dapat berlangsung efektif tanpa bantuan mengejan. Padahal, mengejan dan dorongan ke bawah sambil menahan napas akan meningkatkan tekanan dalam usus bagian bawah serta menyebabkan regangan dan pembengkakan pembuluh darah balik membentuk hemorrhoid, terutama jika kebiasaan ini dilakukan secara kontinu dalam jangka lama.
Bagi masyarakat modern, toilet jongkok sudah banyak ditinggalkan karena dianggap ketinggalan zaman. Namun jika banyak efek buruk yang ditimbulkannya, bukankah hal yang dianggap primitif akan lebih bermanfaat. Posisi jongkok merupakan insting alami, Tuhan yang mendesain struktur tubuh manusia pasti sudah menyiapkan porsi yang ideal bagi kita makhluk-Nya.