Pernah mendengar buah bernama papakin? Bagi Anda yang berasal dari luar Kalimantan, mungkin akan sangat asing mendengar nama buah ini.
Namun tidak bagi warga Kalimantan, khususnya di Kalimantan Selatan.
Buah lokal yang satu ini memang banyak tumbuh di hutan-hutan Kalimantan, tak terkecuali di Kalimantan Selatan.
Buah ini musiman dan termasuk jenis durian.
Kulitnya sama seperti durian, yakni keras dan berduri.
Warna kulitnya ada yang hijau juga kuning jika sudah matang.
Kendati buah ini penampakannya seperti durian, namun dari segi warna daging, tekstur daging, rasa dan wanginya sangat jauh berbeda dari durian.
Jika durian memiliki bau harum yang menyengat dan semerbak, maka papakin ini tak demikian.
Harum juga, namun aromanya berbeda dengan durian.
Wanginya sangat khas, yaitu khas papakin.
Jika sudah matang, aromanya akan terasa seperti ada rasa manisnya.
Dari segi dagingnya, lebih keras dari durian dan yang membedakan sekali adalah warnanya.
Jika daging durian biasanya berwarna putih maka papakin ini berwarna orange.
Rasanya? Walau berbeda sekali dengan durian, namun papakin ini tak kalah lezatnya.
Rasanya manis.
Agak susah menjelaskan rasanya, karena rasa ini hanya dimiliki papakin.
Namun yang pasti rasanya dan aromanya sangat jauh berbeda dengan durian.
Banyak orang yang meyakini, tekstur dagingnya yang lebih keras dan aromanya yang lebih lembut dari durian karena papakin ini tak memiliki gas.
Sekarang ini, di Kalimantan Selatan sedang musim papakin tersebut.
Penjualnya biasanya banyak beroperasi dari sore hingga tengah malam.
Mereka kerap menggelar lapak-lapak mereka di tepi jalan.
Sebagian dari mereka juga ada yang menjual papakin dari Pontianak, Kalimantan Barat.
Namun sekarang yang sedang berbuah adalah pohon-pohonpapakin yang tumbuh di hutan-hutan di Kabupaten Tabalong,Kalimantan Selatan sehingga mereka banyak juga yang menjualnya ke luar kabupaten tersebut seperti di Banjarmasin.
Di Banjarmasin, mereka mudah ditemui di tepi Jalan Ahmad Yani dari kilometer 4 hingga 5.
Jumlah pedagangnya yang biasa mangkal tak menentu.
Terkadang banyak, mencapai sekitar lima hingga 10 lapak, namun bisa juga kurang dari itu.
"Kemarin kan sempat ada papakin Pontianak. Tetapi sekarang yang banyak papakin Tanjung, dari Tabalong," ujar seorang penjualnya di Jalan Ahmad Yani kilometer 4, Madi.
Menurutnya, papakin Tanjung lebih manis rasanya dibandingkan papakin Pontianak.
"Beda hutan, beda asalnya, beda juga rasanya dan warnanya. Kalau papakin Pontianak warna dagingnya lebih pucat dan manisnya tak semanis papakin Tanjung. Warna papakin Tanjung pun lebih tua," katanya.
Harga yang dibanderolnya berbeda-beda, sesuai dengan ukuran buahnya.
Harganya dari Rp 5.000 hingga Rp 50.000 sebiji.
Papakin yang berharga Rp 5.000 berukuran lebih kecil dan kulitnya ada bercak-bercak hitamnya.
Penampakan kulitnya kurang bagus karena rusak saat jatuh dari pohonnya, walaupun isinya tergolong bagus juga.
Papakin yang agak sedikit besar dan lebih bagus dari yang berharga Rp 5.000, dibanderol Rp 15.000 sebiji, agak besar dan sedikit lebih bagus lagi dijual Rp 20.000.
Lalu yang lebih besar dan sedikit lebih bagus dari yang berharga Rp 20.000 tadi, dijualnya Rp 30.000 sebiji.
Paling bagus, ranum dan tampak segar adalah yang berukuran paling besar yang dijualnya Rp 50.000 sebiji.
Kualitas isi dan wanginya pun disesuaikan pula dengan harganya.
Seorang pembelinya adalah Israwati yang pada Sabtu (23/1/2016) malam tampak asyik memilih-milih papakin di lapak Madi.
"Yang Rp 5.000 yang mana?" tanyanya ke Madi.
"Yang kecil-kecil itu, Bu," jawab Madi.
Tak lama kemudian, Israwati tampak sibuk memilih-milih papakintersebut.
Dia memborong beberapa buah.
Kepada BPost Online, dia mengaku sangat menyukai buah ini karena rasanya yang manis dan khas.
"Buah ini kan musiman. Adanya hanya setahun sekali. Rasanya manis, enak. Seperti durian tetapi ini beda banget sama durian. Saya suka sekali. Setahu saya cuma ada di Kalimantan," katanya.
Penjual papakin lainnya, Alan, juga kerap berdagang dari sore hingga tengah malam.
"Saya jual paling murah Rp 5.000, paling mahal Rp 50.000. Ada juga yang Rp 50.000 dua biji. Beda-beda, tergantung kualitas buahnya," sebutnya.
Saban malam, lapak-lapak pedagangnya ini kerap disinggahi pembeli.
Maklum saja, buah ini jika sedang musimnya sangat laris diborong pembeli karena banyak penggemarnya.
Untuk mengetahui matang atau tidaknya, Anda bisa mencium aromanya dari kulitnya di dekat batangnya.
Jika tercium aroma wangi yang kuat, maka bisa dipastikan itu sudah matang.
Kalau tak tercium wangi apa pun, itu tandanya papakinnya masih mentah atau masih setengah matang.
Sebab, terkadang ada saja kulitnya yang tampak dari warnanya seperti sudah matang dan ranum, namun saat dicium tak beraroma apapun.
Biasanya, jika dibelah, dagingnya ternyata masih mentah dan warnanya pucat.
Lokasi tempat mangkal para pedagangnya ini sangat mudah dicari karena di tepi jalan negara.
Di situ banyak dilalui berbagai jenis kendaraan dari pribadi hingga umum.
Jika ingin naik angkutan kota, bisa memilih jurusan ke Terminal Induk Km 6 atau Pasar Sentra Antasari dengan tarif Rp 4.500 per orang jauh dekat.